MENAKAR KEMBALI KEBERADAAN SEKAR

Oleh :  Iing Moh. Ichsan

(Anggota MPO Sekar, Adm/KKPH Sukabumi)

PENGANTAR

Ketika Mahoni menyapa penulis dan minta sumbangkan pemikiran untuk edisi khusus menyambut hari lahirnya sekar; sejenak penulis terhenyak memikirkan  tulisan apa yang relevan dengan kondisi saat ini.  Disaat terhenyak itulah mahoni kembali menyampaikan bahwa thema tulisan nya menyangkut eksistensi dan independensi sekar.  Spontan saat itu penulis meng iya kan untuk mencukupi tulisan singkatnya.  Kenapa ? Pertama, eksistensi dan independensi memikat penulis untuk melakukan refleksi keberadaan sekar; Kedua,  eksistensi dan independensi merupakan pendorong semangat lahirnya organisasi Sekar, alasan Ketiga, penulis merasa mendapat legitimisa untuk memotret sekar saat ini – apakah masih eksis dan masih independen.

Tanpa mengurangi rasa hormat kepada siapapun dan semata-mata untuk kebaikan kemua pihak, penulis mencoba menakar keberadaan SERIKAT KARYAWAN, sebuah wadah karyawan yang dicintai oleh anggotanya dan sekaligus kadang dibenci, dicaci, dimaki oleh anggota sendiri.  Inilah uniknya wadah sekar; tak heran bila para pengurus nya suatu saat dia akan menjadi orang yang sangat bijak karena mendapat tempaan bak api panas menempa besi tua yang suatu saat menjadi keris sakti yang banyak diburu penggemarnya…tentu bila kita menyadari bahwa ungkapan pujian kepada sekar tidak membuatnya lupa diri bahkan menjadi pongah atau cacian yang ditudingkan kepada sekar tidak membuat kita kecil hati… insyaALLAH.


Saat kelahiran sesuatu termasuk kelahiran organisasi sekar seringkali dihiasi dengan berbagai kegiatan, apapun kegiatan nya.  Seyogyanya kesempatan memperingati lahirnya sekar mendorong anggotanya untuk melakukan refleksi untuk perbaikan diri (baca: perbaikan organisasi) yang pada ujungnya dapat memperbaiki nasib karyawan sebagai anggota organisasi.


Kapan lahirnya sekar menjadi penting untuk dicatat, karena inilah saat-saat dimana karyawan hadir dengan semangat membara untuk lakukan perbaikan (baca: hijrah). Menurut catatan resmi sekar didirikan tanggal 11 Januari 2005. Sekedar mengingatkan bahwa embrio lahirnya sekar jauh sebelum itu; dalam tahun 2001 disaat penulis bersama kang basir bertugas di sukabumi telah mensuarakan berdirinya organisasi karyawan di hadapan pimpinan unit saat tarling (tarawih keliling), pada tanggal 17 ramadhan tahun 2003 bertempat di Mesjid Sabilil Huda Kantor Unit III Jawa Barat penulis bersama 17 orang karyawan dari berbagai lapisan mendeklarasikan berdirinya sekar untuk melawan eksternal yang selalu mencaci dan mensuarakan pembubaran perhutani.  Semangat ini diikuti oleh karyawan unit I dan Unit II sebagaimana ditulis oleh Prof Hasanu Simon (Lihat : Simon, Hasanu;  Aspek Sosio-Teknis Pengelolaan Hutan Jati di Jawa, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2004 : hal 264). Dan pada ahirnya karyawan tiap unit termasuk direksi mendeklarasikan wadah sekar dalam mubes di bandung tahun 2005. Kini sekar tumbuh dan berkembang layak nya pertumbuhan sang bayi…

MENAKAR KEBERADAAN SEKAR


Untuk menakar atau mengukur keberhasilan sesuatu, termasuk menakar keberadaan sekar baiknya berangkat dari tujuan mendirikan sekar itu sendiri, kemudian memotret sudahkah tujuan nya tercapai, lakukan evaluasi plus minus yang menjadi hambatan dan pendukung pencapaian tujuan dan yang lebih penting lagi melakukan evaluasi; hal-hal apa yang perlu dilakukan untuk perbaikan masa depan.


Semua anggota sekar familier betul dengan tujuan pendirian organisasinya yaitu media untuk perjuangkan kepentingan hak-hak karyawan yang bermuara pada kesejahteraan karyawan dan selamatkan perhutani tempat karyawan berkarya untuk negeri sekaligus mencari nafkah.


Untuk sejahterakan karyawan maka perlu dihayati bahwa  (boleh dibilang rumusan dibawah ini adalah nasihat bijak untuk kita semua) :

  • Karyawan tak terkecuali harus bekerja keras dan berkinerja baik  dengan beredoman pada ukuran kinerja RKAP dan Renc Kerja perusahaan
  • Setiap unit kerja perlu mempunyai prinsip untu mencapai pendapatan mandiri tidak tergantung pada unit lain, melalui penggalian potensi SDH (kayu dan Non kayu) dengan kondisi keamanan hutan terjaga dengan baik.
  • Karyawan Perhutani harus mempertahankan kredibilitas sebagai pengelola hutan terbaik minimal di Indonesia yag dicirikan dengan keberhasilan dalam membuat tanaman dan memiliki komitmen mensejahterakan penduduk sekitar melalui implementasi PHBM
  • Produk apapun yang dihasilkan korporat harus dijaga dan dipertahankan mutu dan kualitas nya dengan meningkatkan kemampuan mengkreasi nilai  (Value Creation) yang pada ahirnya keuntungan perusahaan meningkat dan berdampak pada peningkatan kesejahteraan karyawan
  • Sadari bahwa keuntungan perusahaan berdampak pada peningkatan deviden yang dikembalikan kepada perusahaan utk pengelolaan hutan dan kesejahteraan karywan

Tujuan panjang kedua dari pendirian sekar adalah selamatkan perhutani.  Tujuan ini merupakan dua sisi tak terpisahkan dengan tujuan mensejahterakan karyawan, yang berimplikasi pada ter-eksistensi-nya perusahaan.  Kehadiran wadah sekar menjadikan perusahaan memiliki citra yang baik di kalangan eksternal.  Suatu ketika rekan kami dari LSM meragukan terbentuknya wadah sekar di Perhutani, dengan alasan tidaklah mungkin wadah serikat karyawan akan lahir dan berkembang di BUMN yang terkenal feodal di mata eksternal…waktu juga yang membuktikan akankah eksistensi sekar sirna seperti kehawatiran rekan LSM ??


Disadari atau tidak kehadiran sekar memberi arti bagi terbentuknya citra positip bagi institusi.  Kita harus berani menyatakan dan bersikap kepada pihak manapun bahwa sekar akan menghadapi pihak manapun yang mengancam eksistensi perusahaan, tentu dengan cara elegant dan berpedoman pada aturan hukum yang berlaku.


Salah satu karakter pengelolaan sumberdaya hutan adalah sesuai dengan kondisi spesifik local setempat, demikian juga dalam mengarahkan perjuangan sekar perlu memperhatikan karakteristik setempat.  Sekar harus menjadi pioneer perbaikan diri dan perbaikan organ perusahaan yang diawali dengan kesungguhan dari para pengus dan para aktivisnya untuk terus melalukan perbaikan.

Tidak lengkap bila berbicara evaluasi tidak melakukan potret diri plus minis yang dilakukan sekar. Memang tidak akan lengkap dan sempurna perjalanan sebuah organisasi termasuk siapapun yang melakukan potret; tetapi paling tidak sebagai bekal perbaikan masa depan.

Diakui atau tidak, perjalanan sekar telah mewarnai perubahan organisasi Perhutani; salah satunya dan sangat penting adalah terbuatnya PKB (Perjanjian Kerja Bersama antara Sekar dengan BoD). Namun demikian catatan kritis yang perlu diperbaiki oleh kita semua sebagai insan sekar adalah :

  • Peran DPW dan DPD belum optimal untuk perkuat DPP.  Masih ada keluhan di kalangan anggota bahwa DPP belum mengoptimalkan peran dan kekuatan DPW dan DPD padahal kekuatan riil bagi DPP ada di basis/lapangan.
  • Masih kurangnya rasa memiliki dari sebagian besar anggota sekar bahkan menganggap sekar didominasi oleh  kelompok tertentu yang merugikan perjuangan sekar. Kesan ini menjadi tugas kita bersama bahwa sekar milik kita bersama.

Memotret kondisi sekar seringkali juga dikaitkan dengan kondisi organ perusahaan lainnya, yaitu BoD dan Dewan Pengawas.  Sebagai catatan kritis nampaknya profesionalisme Dewas perlu diimbangi dengan profesionalisme BoD termasuk kinerja karyawan kantor Pusat. Sebagai dua organ perusahaan yang mempunyai peran berbeda, perlu berdiri setara dimana sebuah organisasi tidak akan sehat bila satu organ mendominasi organ inferior lainnya.  Indikasi ini tampak dari belum diisi nya jabatan strategis di layer I dan II yang berdampak pada terganggunya pelaksanaan pekerjaan.

Perjalanan panjang sebuah perubahan harus disadari oleh semua pihak bahwa era 1999-2003 adalah eranya menuju perubahan yang diindikasikan dengan adanya kampanye perubahan di berbagai bidang kegiatan; tahun 2004-2008 berlari cepat menuju perubahan (catatan : sangat terasa bagi kami warga janten, dimana pimpinan unit mengajak berlari cepat dengan speed yang tinggi menuju perubahan dan ahir 2008 terasa hasilnya walau sangat melelahkan).  Saat nya tahun 2009 dst mengatur stamina ibarat lari marathon; maka harus dicirikan dengan jaga stamina, endurance dan ketahanan untuk konsisten melakukan perubahan.

Sebagai  insane  yang paham terhadap arti perubahan, maka harus disadari bahwa pasti ada resiko dan gesekan terhadap organ pelaku perubahan dan pihak-pihak yang terlibat didalamnya.

PENUTUP


Sebagai catatan akhir dari tulisan singkat ini saya salinkan kembali  kata-kata bijak yang mewarnai rapat kerja salah satu DPW sekar janten di sukabumi beberapa waktu yang lalu yaitu :

AKU ADA KARENA BERSAMA ORANG LAIN

AKU BEKERJA DAN BERHASIL KARENA BANTUAN ORANG LAIN

AKU TIDAK SENDIRIAN DI DALAM BEKERJA

PERHUTANI JAYA KARYAWAN SEJAHTERA

Dari uraian singkat tersebut diatas, sekar sebagai wadah perjuangan karyawan eksistensinya harus dipertahankan – keberadaan nya harus dirasakan dan hasil kerjanya harus terasa bagi anggota nya. Demikian juga, harus ada manajemen termasuk perusahaan harus tetap eksis. InsyaALLAH.

Sukabumi, Januari 2009

Tinggalkan komentar